Demi Allah yang jiwaku berada di tangan-Nya, seseorang tidak beriman hingga ia
mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.
Nabi Muhammad SAW
Jauhilah dengki, karena dengki memakan amal kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar.
Nabi Muhammad SAW
Yang terbaik di antara kalian adalah mereka yang berakhlak paling mulia.
Nabi Muhammad SAW
Allah tidak melihat bentuk rupa dan harta benda kalian, tapi Dia melihat hati dan amal kalian.
Nabi Muhammad SAW
Kecintaan kepada Allah melingkupi hati, kecintaan ini membimbing hati dan bahkan merambah ke segala hal.
Imam Al Ghazali
Raihlah ilmu, dan untuk meraih ilmu belajarlah untuk tenang dan sabar.
Khalifah ‘Umar
Setiap
orang di dunia ini adalah seorang tamu, dan uangnya adalah pinjaman.
Tamu itu pastilah akan pergi, cepat atau lambat, dan pinjaman itu
haruslah dikembalikan.
Ibnu Mas’ud
Ketahuilah bahwa sabar, jika dipandang dalam permasalahan seseorang adalah ibarat
kepala dari suatu tubuh. Jika kepalanya hilang maka keseluruhan tubuh
itu akan membusuk. Sama halnya, jika kesabaran hilang, maka seluruh
permasalahan akan rusak.
Khalifah ‘Ali
Sabar memiliki dua sisi, sisi yang satu adalah sabar, sisi yang lain adalah bersyukur kepada Allah.
Ibnu Mas’ud
Takutlah kamu akan perbuatan dosa di saat sendirian, di saat inilah saksimu adalah juga hakimmu.
Khalifah ‘Ali
Orang yang paling aku sukai adalah dia yang menunjukkan kesalahanku.
Khalifah ‘Umar
Niat
adalah ukuran dalam menilai benarnya suatu perbuatan, oleh karenanya,
ketika niatnya benar, maka perbuatan itu benar, dan jika niatnya buruk,
maka perbuatan itu buruk.
Imam An Nawawi
Aku
mengamati semua sahabat, dan tidak menemukan sahabat yang lebih baik
daripada menjaga lidah. Saya memikirkan tentang semua pakaian, tetapi
tidak menemukan pakaian yang lebih baik daripada takwa. Aku merenungkan
tentang segala jenis amal baik, namun tidak mendapatkan yang lebih baik
daripada memberi nasihat baik. Aku mencari segala bentuk rezki, tapi
tidak menemukan rezki yang lebih baik daripada sabar.
Khalifah ‘Umar
Dia yang menciptakan mata nyamuk adalah Dzat yang menciptakan matahari.
Bediuzzaman Said Nursi
Penderitaan jiwa mengarahkan keburukan. Putus asa adalah sumber kesesatan; dan kegelapan hati, pangkal penderitaan jiwa.
Bediuzzaman Said Nursi
Kebersamaan
dalam suatu masyarakat menghasilkan ketenangan dalam segala kegiatan
masyarakat itu, sedangkan saling bermusuhan menyebabkan seluruh
kegiatan itu mandeg.
Bediuzzaman Said Nursi
Menghidupkan kembali agama berarti menghidupkan suatu bangsa. Hidupnya agama berarti cahaya kehidupan.
Bediuzzaman Said Nursi
Seseorang
yang melihat kebaikan dalam berbagai hal berarti memiliki pikiran yang
baik. Dan seseoran yang memiliki pikiran yang baik mendapatkan
kenikmatan dari hidup.
Bediuzzaman Said Nursi
Posted in Uncategorized | Edit | No Comments »
kisah Rasulullah
May 7th, 2008 by woit-bye
Ada sebuah kisah tentang cinta yang sebenar-benar cinta yang dicontohi
Allah melalui kehidupan Rasul-Nya. Pagi itu, walaupun langit telah
mulai menguning, burung2 gurun enggan mengepakkan sayapnya. Pagi itu,
Rasulullah dengan suara terbatas memberikan khutbah, “ Wahai ummatku,
kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta kasih-Nya. Maka taati
dan bertaqwalah kepadaNya. Kuwariskan dua perkara pada kalian; Al-Quran
dan Sunnahku. Barang siapa mencintai sunnahku, bererti mencintai aku
dan kelak orang-orang yang mencintaiku, akan masuk ke dalam syurga
bersama-sama ku.” Khutbah singkat diakhiri dengan pandangan mata
Rasulullah yang tenang dan penuh minat menatap sahabatnya satu-persatu.
Cl0123Abu
Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca, Umar dadanya naik turun
menahan nafas dan tangisnya. Usman menghelakan nafas panjang dan Ali
menundukkan kepalanya dalam-dalam. Isyarat itu telah datang , saatnya
sudah tiba. “Rasullullah akan meninggalkan kita semua,” keluh hati
semua sahabat kala itu. Manusia tercinta itu, hampir selesai menunaikan
tugasnya di dunia. Tanda-tanda itu semakin kuat, tatkala Ali dan Fadhal
dengan cergas menangkap Rasulullah yang dalam keadaan lemah dan goyah
ketika turun dari mimbar. Di saat itu, kalau mampu, seluruh sahabat
yang hadir di sana pasti akan menahan detik-detik yang berlalu.
Matahari kian tinggi, tapi pintu rumah Rasulullah masih tertutup.
Sedang di dalamnya, Rasulullah sedang terbaring lemah dengan keningnya
yang keringat dan membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya.
Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan
salam. “Bolehkah saya masuk?” tanyanya. Tapi Fatimah tidak
mengizinkannya masuk, “Maafkanlah, ayahku sedang demam.” Kata Fatimah
yang membalikkan badan dan menutup pintu.
Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata
dan bertanya kepada Fatimah, “Siapakan itu wahai anakku?” “Tak tahulah
ayahku, orang sepertinya baru sekali ini melihatnya.” Tutur Fatimah
lembut. Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan pandangan yang
menggetarkan. Seolah-olah bahagian demi bahagian wajah anaknya itu
hendak dikenang. “Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan
sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malakul
maut.” Kata Rasulullah. Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya.
Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa
Jibril tidak ikut sama menyertainya. kemudian dipanggilah Jibril yang
sebelumnya sudah bersiap sedia di atas langit dunia menyambut roh
kekasih Allah dan penghulu dunia ini.
“Jibril,
jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?” Tanya Rasulullah dengan
suara yang amat lemah. “ Pintu-pintu langit telah terbuka, para
malaikat telah menanti ruhmu. Semua syurga terbuka lebar menanti
kedatangan mu.” Kata Jibril. Tapi itu ternyata tidak membuatkan
Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan. “Engkau tidak senang
mendengar khabar ini?”tanya Jinril lagi. “Khabarkan kepada ku bagaimana
nasib umatku kelak?” “Jangan khuwatir, wahai Rasulullah, aku pernah
mendengar Allah berfirman kepadaku: “kuharamkan syurga bagi sesiapa
saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya,” kata Jibril.
Detik-detik
semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh Rasulullah
ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat
lehernya menegang. “Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini.” Perlahan
Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang disampingnya menunduk
semakin dalam dan Jibril memalingkn muka. “Jijikkah kau melihatku,
hingga kau palingkn wajahmu Jibril?” Tanya Rasulullah pada Malaikat
pengantar wahyu itu. “ Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah
direnggut ajal,” kata Jibril.
Sebentar
kemudian, terdengar Rasulullah memekik, kerana sakit yang tidak
tertahankan lagi. “Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua
seksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku.” Badan Rasulullah mulai
dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi. Bibirnya bergetar
seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya. “
Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku”- “Peliharalah shalat
dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu.”
Di
luar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling
berpelukkan. Fatimah menutupkan tangan diwajahnya dan Ali kembali
mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan.
“Ummatii, ummatii, ummatii”- “Umatku, umatku, umatku”. Dan berakhirlah
hidup seorang manusia yang mulia yang memberi sinaran itu.
Kini,
mampukah kita mencintai sepertinya? Allahumma sholi ‘ala Muhammad wa
baarik wa salim ‘alaihin.. betapa cintanya Rasululla
h kepada kita.
Kirimkan kepada sahabat-sahabat muslim yang lain agar timbul kesedaran
untuk mencintai Allah dan RasulNya, seperti Allah dan RasulNya
mencintai kita. Kerana, sesungguhnya selain daripada itu hanya fana
belaka….
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment